14 Agustus 2011

Perebutan SMKNU Oleh MWC Berujung Bentrok

Pengambil alihan SMK NU Bululawang oleh Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) setempat atas Yayasan Al Ma’arif diwarnai ricuh, kemarin. Ratusan siswa SMK NU Bululawang memprotes prosesi pelantikan Kasek baru oleh LP Maarif NU dan PC NU Kabupaten Malang. Polisi bersenjata lengkap diturunkan lantaran aksi sempat diwarnai baku hantam hingga perusakan sepeda motor polisi.

Saat Ramadan, MWC NU nekat menggelar pelantikan Kasek SMK NU yang baru. Padahal kisruh soal kepemilikan SMK yang melibatkan MWC NU dan Yayasan Al Ma’arif belum menemui titik temu. Akibatnya, pelantikan Kasek baru bentukan MWC NU menuai aksi protes dari ratusan siswa sekolah tersebut.

Tanda-tanda ricuh sudah mulai tampak sejak pukul 08.00 ketika MWC mulai menata tenda pelantikan di depan musola sekolah. Saat itu puluhan guru serta ratusan siswa tampak tak tenang. Para siswa bergerombol di depan kelas masing-masing menunggu perkembangan selanjutnya.

Saat itu sejumlah personil polisi dari Polsek Bululawang sudah berdatangan ke komplek sekolah senilai Rp 2 miliar itu. Areal sekolah itu merupakan komplek SMP dan SMK NU Bululawang. Saat peristiwa terjadi, siswa SMP tak ada di sekolah lantaran kelas masih dihuni siswa SMK.

Sekitar pukul 09.00 suasana mulai memanas, ketika ratusan siswa keluar dari kelas dengan membawa poster berisi kecaman. Mereka meminta agar Kepala Sekolah SMK yang lama yakni Mas’ud dan para guru tidak dipecat. Siswa juga meminta sekolah tetap dibawah yayasan Al Ma’arif.

Secara bersamaan mereka berarak ke kantor SMK NU di bagian depan. Mereka ingin menanyakan maksud pelantikan hari itu, kebetulan pengurus MWC NU dan Pengurus baru SMP-SMK NU Bululawang yang dibentuk oleh MWC sudah hadir.

Suasana makin memanas ketika sejumlah siswa melempar pot berisi tanah dan tanaman ke mobil berplat merah yang diduga pinjam pakai milik MWC NU. Polisi dan sejumlah banser yang ada di lokasi berhasil meredam aksi itu. Bahkan beberapa siswa berinisitif membersihkan tanah dan tanaman yang berserakan di mobil warna biru tersebut.

Kondisi kembali tak bisa dikendalikan ketika siswa mulai bergerak kembali ke kantor SMK. Kebetulan saat itu, di kantor sekolah ada pengurus MWC NU Sampun Prayitno dan Sueb Zuhri Ketua Pengurus SMP-SMK NU bentukan MWC. Diserbu siswa, kedua orang itu terbirit-birit melarikan diri.

Melihat gelagat itu, beberapa siswa sempat melemparkan karton dan kayu kepada keduanya. Lembaran sempat mengenai kepala Sampun Prayitno dan seorang petugas polisi. Tak puas, para siswa mengeluarkan caci-maki dan sumpah serapah kepada Sueb dan Sampun, sedangkan siswi putri menangis histeris.

‘’Kami tidak ingin digusur. SMK NU tetap milik Yayasan Al Ma’arif, jangan korbankan siswa,’’ teriak salah satu siswa. ‘’Tolong jangan rebut sekolah kami, biarkan kami tetap sekolah,’’ ujar siswi lainnya sambil menangis.
Karena tak kunjung ada jawaban dari Sueb dan Sampun, suasanapun semakin tak terkendali. Sejumlah siswa malah sempat baku hantam lantaran salah paham. Siswa yang lain mencoba mengendalikan rekannya yang marah, namun justru mereka saling dorong dan pukul.

Beruntung kondisi bisa dikendalikan oleh siswa lainnya. Salah satu siswi kemudian meminta Suaeb untuk menjawab pertanyaan siswa tentang pelantikan hari itu. Sueb yang didampingi polisi akhirnya memberanikan untuk maju ke hadapan siswa.
‘’Sekolah ini sebenarnya adalah tanah waqaf MWC NU, Nadhirnya ya NU, maka sekarang kami kelola,’’ ujar Sueb yang dijawab caci maki para siswa.

Lantaran di caci dan disumpahi siswa, Sueb kemudian mundur, polisi dan Banser terus berusaha menenangkan siswa. Seorang Polisi sempat meminta agar Sueb dan Sampun keluar dari sekolah sampai suasana tenang. Namun kedua orang itu bersikeras tetap bertahan di lokasi.

Polisi kemudian meminta Mas’ud Kepala Sekolah SMK NU untuk menenangkan situasi. Saat maju, para siswa menyambutnya dengan takbir kemudian merangkulnya. Para siswi juga tampak terharu dan menitikkan air mata. Beberapa menit berpidato, akhirnya para siswa berhasil diminta untuk mundur.

Kendati mundur namun para siswa tetap bertahan di sekolah, mereka menunggu proses selanjutnya. Saat bersamaan sekitar pukul 10.30 para petinggi PC NU dan Muslimat NU sudah mulai berdatangan ke lokasi. Diantaranya Ketua PC NU H. Solihin Mahfud, Sekretaris PC NU Abdul Mujib Syadzili.

Hadir pula Perwakilan Dinas Pendidikan Choirul Fathoni Kabid Tentis serta Ketua LP Ma’arif Kabupaten Malang HM Ali Arifin M.Si. Tampak pula Rois Syuriah MWC NU Bululawang KH Qadar Mabruri. Sang kiai kemudian juga menenangkan siswa, sehingga para siswa bubar kembali ke kelas.

Sekitar pukul 11.00, seluruh guru dan tamu dikumpulkan di musola sekolah untuk berdialog. Namun ternyata, di musola itu MWC tetap melangsungkan serah terima SK pelantikan Kasek. Saat para guru meminta waktu untuk berdialog, pengurus MWC Sampun Prayitno menolak, sehingga para guru walk out.
Proses pelantikan tetap berlangsung, sesaat kemudian polisi bersenjata dari Polres Malang tiba di lokasi. Sekitar pukul 12.00, Ketua LP Ma’arif Ali Arifin memberikan SK kepada Wakasek SMK NU tunjukan MWC yakni Agus Purwantoro. Para siswa sempat bergerombol namun berhasil ditenangkan oleh para guru agar diminta pulang.
Kendati para siswa telah pulang, polisi tetap berjaga untuk menunggu seluruh tamu pulang dari area sekolah. Usai prosesi pelantikan, Kapolsek Bululawang Kompol Mudjiono datang ke musala. Pria itu sempat marah kepada panitia lantaran tetap nekat menggelar pelantikan.

‘’Saya baru ditegur Kapolres, ini yang saya sayangkan, kenapa acara ini tetap digelar pada bulan Ramadan,’’ tegurnya kepada Suaeb. Mudji juga marah lantaran kegiatan itu berlangsung tanpa tanpa izin dari Kepolisian. Disisi lain seharusnya pihak MWC menahan diri dan tidak memaksakan pelantikan pada bulan Ramadan.

‘’Saya baru ada kondisi ini, dilapori anak buah ketika sedang rapat bersama Kapolres, saat itu HP saya matikan, begitu rapat selesai ternyata ada laporan seperti ini, bagaimana ini mana panitianya,’’ cecarnya.
Menurut Mudji, semestinya pelantikan digelar ketika para siswa sudah pulang dari sekolah. Kalau kondisinya seperti itu, polisi tidak bisa menjamin sepenuhnya bila terjadi amuk massa.

Mudji khawatir kondisi itu dimanfaatkan oleh pihak ketiga agar situasi keruh. ‘’Polisi bukan pemadam kebakaran, tolong diingat itu, makanya kalau ada kondisi seperti ini harus izin,’’ tegasnya.

Pengurus SMP-SMK NU yang baru, Sueb, kepada Malang Post mengaku bahwa pihaknya hanya mengirim pemberitahuan. Pelantikan tak bisa ditunda karena itu adalah amanah rapat. Dirinya tak mungkin meminta penundaan karena rapat sifatnya bukan individual. ’’Masak saya menunda-nunda, ini perintah rapat bukan atas suruhan perseorangan,’’ katanya ketus. (ary/avi)

malang-post.com
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl