5 Mei 2011

2 Siswa SMPN2 Bululawang Mundur Dari UN Karena Menikah

Untuk kali pertama seorang Kapolres menggelar inspeksi mendadak (sidak) pada pelaksaan ujian nasional SMP di Kabupaten Malang.
Kapolres Malang AKBP Rinto Djatmono melakukan sidak ke sejumlah SMP bersama Kepala Dinas Pendidikan Suwandi, kemarin. Dalam sidak itu, mereka menemukan dua siswi mundur dari ujian karena menikah.
Dalam sejarah, memang baru kali ini Kapolres bersedia turun langsung dan memantau pelaksaan sidak. Kepolisian memang memiliki kerjasama dengan Dinas Pendidikan terkait pengamanan naskah ujian. Disisi lain, Kepolisian juga memiliki kewajiban memantau pelaksaan ujian nasional.
Jauh sebelum sidak hari itu, Kapolres sebenarnya sudah turun memantau saat UN SMA beberapa waktu lalu. Langkah itu kembali dilakukan Rinto pada pelaksaan UN SMP hingga dua hari ke depan. Sidak itu cukup efektif karena membuat para joki ujian nasional tiarap.
Kapolres dan Kepala Dinas Pendidikan berangkat bersama dari Kepanjen sekitar pukul 08.00, kemarin. Mereka bertemu di SMP Negeri 1 Gondanglegi dan memantau pelaksaan ujian nasional selama lebih dari setengah jam.
Usai memantau di SMP itu, rombongan bergerak ke SMP Negeri 2 Bululawang yang terletak persis di depan pabrik gula Krebet. ’’Ini sudah komitmen kita untuk ikut mengawasi pelaksaan ujian nasional. Saya pastikan joki tidak ada,’’ tegasnya.
Kata Rinto, sebenarnya kepolisian sudah menerjunkan intelejen tak berseragam untuk mendeteksi kecurangan UN, seperti joki. Namun hal itu kurang lengkap bila dirinya selaku pimpinan tidak turun langsung ke lapangan.
Toh di lapangan dia juga bisa melihat kinerja anak buahnya yang diberi tugas mengamankan pelaksanaan ujian serta naskah ujian. ’’Pelaksaan ujian berjalan aman, dengan kerjasama sekolah dan intelejen maka saya pastikan tidak ada joki,’’ imbuhnya.
Selama sidak, Kapolres dan Kepala Dinas hanya memantau dari luar kelas sesuai aturan UN. Bila ingin melihat situasi kelas, kadangkala mereka juga mengintip dari jendela. Proses sidak itu nyaris tanpa suara karena khawatir mengganggu pelaksaan ujian nasional.
Di rayon 15 SMP Negeri 2 Bululawang, mereka menemukan ada tiga yang mundur dari pelaksaan ujian. Satu siswa mundur karena bekerja dan dua siswi mundur karena menikah.
Menariknya usai sidak, Rinto justru menjadi rebutan para pelajar SMP yang baru melakukan ujian nasional. Ada beberapa siswi SMP Negeri 2 Bululawang yang nekat menemui Rinto. Mereka sungkem kemudian minta doa restu agar bisa lulus ujian nasional.
‘’Saya doakan lulus semua tapi jangan lupa belajar ya,’’ pesannya.
Erisa Dwi Rahayu, siswi yang sungkem kepada Kapolres mengaku gembira dengan adanya perhatian dari pejabat seperti Kapolres dan Kepala Dinas Pendidikan. Makanya kesempatan itu tidak dilewatkan dengan meminta doa kepada Kapolres.
‘’Hari ini cukup sulit kami ujian matematika, selain belajar kami juga tak lupa berdoa, salah satunya ya minta doa kepada Kapolres seperti tadi. Kamis nanti masih ada ujian sulit yaitu IPA, doakan lulus ya mas,’’ urai Erisa didampingi dua rekannya Aninda dan Anggi.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pemkab Malang Suwandi menegaskan bahwa jumlah peserta UN di sub rayon 15 (SMP N 2 Bululawang) berjumlah 509 siswa. Para peserta itu berasal dari delapan sekolah dan hanya ada tiga siswa yang mundur. Satu siswa mundur karena bekerja dan dua siswi mundur karena menikah.
’’Kami memberi kelonggaran pada siswa yang menikah untuk ujian susulan itu kalau mereka mau. Eman pendidikannya, kalau tak ujian sekarang berarti mereka bisa memperoleh ijazah lewat paket B,’’ terangnya.
Mengenai sidak yang dilakukan Kapolres, Suwandi sangat mengapresiasi karena hal itu tergolong langka. Sebelumnya tidak ada Kapolres yang turun langsung memantau pelaksaan UN. Biasanya Kapolres hanya memberikan rantai komando kepada intelejen untuk memantau lapangan.
’’Ini adalah langkah positif, tidak apa-apa, makin banyak yang memantau makin bagus, kami juga melibatkan pengawas independen dari Universitas Brawijaya juga,’’ katanya.
Sementara itu di Kota Malang, UN hari kedua kemarin banyak dikeluhkan siswa karena soal matematika yang sulit. Waktu dua jam yang disediakan untuk menyelesaikan 40 soal matematika dianggap tak cukup oleh peserta UN SMP di Kota Malang. Seperti diungkapkan siswa SMPN 1 Malang, Rizki Bahrudin. Menurutnya soal UN matematika membuatnya kehabisan energi.
“Sepertinya waktu dua jam saja tidak cukup, harusnya dengan soal seberat itu waktu mengerjakannya empat jam,” keluhnya.
Hal senada diungkapkan Roland Gasenda. Menurutnya soal UN jauh berbeda dengan soal try out yang diberikan oleh sekolah. Pada soal UN mereka harus hafal banyak rumus dan urutan soalnya tidak sesuai dengan standar kompetensi lulusan (SKL). “Yang jelas lebih susah dari try out,” ucapnya dengan wajah murung.
Di SMPN 13 Malang keluhan juga dilontarkan beberapa siswa. Bahkan tidak sedikit yang belum menyelesaikan semua soal. Kalau sudah demikian tanpa berfikir mereka mengarsir begitu saja sisa masih belum bisa dijawab.
“Waktunya kurang panjang, soalnya sulit sekali,” kata Rona Laili.
Matematika memang masih menjadi momok dalam pelaksanaan UN. Hal ini sebenarnya sudah diprediksi oleh Dinas Pendidikan Kota Malang. Dari hasil pemetaan try out terakhir sebanyak 2087 siswa SMP dinyatakan rawan tidak lulus pada mata pelajaran matematika. Jika dirinci siswa rawan tidak lulus ini terbanyak adalah di SMP swasta sebanyak 1753 orang, di SMP negeri sebanyak 319 orang dan di SMP terbuka sebanyak 15 orang.
Selain matematika, mata ujian yang juga masih rawan angka ketidaklulusannya adalah bahasa Inggris yang akan diujikan hari ini. Dari data try out terakhir khusus mata pelajaran bahasa Inggris ini masih ada 1291 siswa yang rawan tidak lulus. Rinciannya jumlah ketidaklulusan terbanyak di sekolah swasta sebanyak 1189 siswa, di SMP negeri sebanyak 77 siswa dan SMP terbuka 25 siswa.
Anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris SMP kota Malang, Rena Roostiana mengingatkan untuk menjawab 50 soal bahasa Inggris siswa bisa mengalokasikan waktu empat menit untuk setiap mata pelajaran. Waktu tersebut bisa dimanfaatkan maksimal asalkan siswa fokus dan cermat dalam memahami bacaan. Untuk menjawab soal bahasa Inggris idealnya siswa bisa menemukan kunci jawaban dari bacaan.
“Jangan malas untuk kembali membaca setelah menemukan jawaban pada pilihan ganda, supaya jawaban yang dipilih adalah jawaban yang paling benar,” ungkap Rena.
Sementara itu hari kedua pelaksanaan UN SMP kemarin tidak ada laporan kendala teknis panitia UN di tiap sub rayon. Hanya saja satu siswa SMP Luar Biasa (LB) Bhakti Luhur dilaporkan ujian di rumah karena demam tinggi. Dan hari ini diperkirakan sudah bisa kembali mengikuti UN di sekolah.
“Kami sempat khawatir kalau sampai siswa tidak ikut UN, ternyata dia sanggup ujian di rumah dengan dijaga pengawas dan kepolisian,” ungkap Ketua Sub Rayon 15, Djoko Waluyo.

Di SMPN 18 Malang seorang pengawas sempat kebingungan karena lembar soal untuk siswa kurang satu lembar. Saat dicarikan di ruangan lain yang masih ada sisa ternyata ditemukan bahwa ada satu siswa yang mendapatkan soal rangkap. (ary/oci/eno)

Sumber:http://www.malang-post.com/index.php?option=com_content&view=article&id=29375:temukan-dua-peserta-un-smp-menikah&catid=67:edupolitan&Itemid=98
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl